Wakil Menteri ESDM Menilai Bahwa Program B50 Dapat Menjaga Stabilitas Harga CPO

Selasa, 08 Juli 2025

(ANTARA/Putu Indah Savitri)

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung berpendapat bahwa Program Biodiesel 50 atau B50 dapat membantu menjaga stabilitas harga crude palm oil (CPO/minyak kelapa sawit mentah) agar tidak semakin menurun.

"Ini (B50) adalah bagian dari kebijakan yang secara nasional menguntungkan dan menciptakan stabilitas untuk harga CPO," kata Yuliot dalam acara Sarasehan Nasional dengan tema, "Mendorong Keberlanjutan Industri Hulu Minyak dan Gas untuk Kemandirian Energi" di Jakarta, pada hari Selasa.

Yuliot mengungkapkan bahwa saat ini terdapat indikasi oversupply CPO atau stok CPO yang berlebihan di dalam negeri. Selain itu, secara global, ia melanjutkan, harga CPO juga diperkirakan akan mengalami penurunan.

Jika harga CPO turun, Yuliot menekankan bahwa petani sawit adalah pihak yang paling terkena dampak.

Harga CPO di dalam negeri juga menunjukkan tren penurunan berdasarkan Harga Referensi Crude Palm Oil (HR CPO) yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan. Pada bulan April, harga HR CPO tercatat sebesar 961,54 dolar AS per metrik ton.

Harga tersebut turun pada bulan Mei menjadi 924,46 dolar AS per metrik ton, kembali turun pada bulan Juni hingga 856,38 dolar AS per metrik ton, sebelum naik pada bulan Juli menjadi 877,89 dolar AS per metrik ton.

"Oleh karena itu, ini yang perlu kita jaga kebijakannya," ujar Yuliot.

B50 adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran 50 persen biodiesel dan 50 persen solar konvensional.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa pemerintah berencana untuk mengalihkan ekspor CPO sebesar 5,3 juta ton untuk Program B50, dari total 26 juta ton CPO yang diekspor oleh Indonesia berdasarkan data tahun 2024.

Mengingat bahwa CPO Indonesia menguasai sekitar 65,94 persen dari total CPO dunia, Amran yakin bahwa penarikan 5,3 juta ton CPO Indonesia akan menyebabkan kenaikan harga CPO di pasar global.

Tag: