Jakarta - Dalam kerangka sport development atau pembangunan olahraga yang komprehensif, peran komunikasi publik dan dukungan media ditempatkan sebagai dua pilar pendukung yang fundamental. Keduanya bekerja sinergis untuk menciptakan lingkungan yang informatif, inspiratif, dan akuntabel bagi pertumbuhan olahraga nasional. Tanpa pilar ini, upaya pembinaan atlet dan pengembangan kebijakan olahraga bisa terhambat oleh misinformasi dan kurangnya partisipasi publik.
Media berperan sebagai pilar penyebar informasi dan pembentuk opini yang kuat. Liputan yang berkelanjutan mengenai sistem pembinaan atlet, mulai dari pelatnas, sentra pelatihan, hingga persiapan menghadapi multi-event, memberikan pemahaman publik tentang kompleksitas dunia olahraga prestasi. Pemahaman ini melahirkan dukungan yang lebih sabar dan realistis dari masyarakat, mengurangi tekanan tidak sehat yang hanya menuntut hasil instan.
Sementara itu, komunikasi publik yang dikelola dengan baik oleh otoritas olahraga merupakan pilar pencipta keterlibatan (engagement). Publik perlu dilibatkan bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai stakeholder. Konsultasi publik mengenai pembangunan fasilitas olahraga, kampanye crowdfunding untuk atlet berprestasi dari keluarga kurang mampu, atau program volunteer untuk event besar, adalah contoh bagaimana komunikasi dapat menggalang partisipasi aktif.
Kehadiran platform digital telah memperkuat kedua pilar ini. Media online dan sosial memungkinkan diseminasi informasi yang real-time dan interaktif. Demikian pula, komunikasi publik dapat dilakukan melalui live chat, Q&A session dengan atlet, atau polling untuk mengetahui aspirasi publik. Interaktivitas ini memperpendek jarak antara pengelola olahraga dengan masyarakat.
Sebagai pilar pengawas, media memberikan checks and balances terhadap pelaksanaan program dan penggunaan anggaran olahraga. Investigasi yang dilakukan media seringkali mengungkap ketidaksesuaian antara perencanaan dan implementasi, yang kemudian mendorong koreksi. Fungsi ini menjamin bahwa sumber daya negara dan publik dialokasikan secara tepat sasaran untuk kemajuan olahraga.
Pada aspek pengembangan bisnis olahraga, media adalah pilar pemasaran yang tak tergantikan. Kemampuan media untuk menciptakan "storytelling" yang menarik sekitar sebuah klub, atlet, atau kompetisi, secara langsung memengaruhi nilai komersialnya. Brand association yang positif antara sponsor dengan event olahraga yang diliput media juga meningkatkan nilai sponsorship.
Agar kedua pilar ini dapat berfungsi optimal, diperlukan kapasitas building baik di sisi jurnalis olahraga maupun humas di tubuh organisasi olahraga. Keduanya perlu memiliki pemahaman mendalam tidak hanya tentang jurnalisme atau public relations, tetapi juga tentang ilmu keolahragaan, manajemen olahraga, dan etika.
Dengan memperkuat pilar komunikasi publik dan dukungan media, fondasi sport development Indonesia akan menjadi lebih kokoh. Fondasi ini akan menyangga upaya-upaya keras di lapangan untuk menghasilkan atlet berprestasi, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan pada akhirnya mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui olahraga.